Selasa, 16 Oktober 2012

Mitos Otak Kreatif

Banyak orang yang merasa tidak kreatif. Mayoritas beranggapan bahwa kreatifitas berasal adalah bakat atau keturunan. ah, mitos itu..

Setiap manusia memiliki kemampuan kreatif. Hanya kemampuan itu jarang dilatih, terutama gara-gara anggapan seperti di atas. Yah, saya bisa mengibaratkan kreatifitas itu seperti otot. Semua manusia memiliki otot di tubuhnya, hanya saja, kemampuan otot setiap orang menjadi berbeda karena ada orang-orang yang terlalu malas melatih kemampuan ototnya. Yah kreatifitas itu seperti otot lah.

Bagaimana mengembangkan otot? Ya dengan latihan fisik.
Bagaimana mengembangkan kreatifitas? Ya dengan latihan mental.

Namun sebelum melatih "otot" kreatifitas Anda, Anda harus menyingkirkan mitos-mitos tentang kreatifitas lainnya:

Mitos 1: Orang kreatif mendapatkan ide dalam sekejap (proses berpikirnya cepat)
Tidak, mitos ini tidak benar. Yang benar orang kreatif bisa saja mendapatkan ide begitu cepat dan bisa saja mendapatkan ide dalam waktu begitu lambat. Jika Anda memahami cara kerja otak, saya akan menjelaskan dari mana ide-ide kreatif itu muncul & mengapa kadang-kadang ide begitu cepat datang dan kadang ide begitu lambat datang.

Mekanisme otak itu seperti jaringan yang setiap titik (neuron) terhubung dengan titik (neuron) lainnya untuk membentuk memori. Ide baru muncul ketika sebuah pola jaring baru terbentuk, untuk itu titik-titik (neuron) ini harus terhubung.

Ketika kita ingin memecahkan suatu masalah, neuron-neuron ini akan mencoba-coba mencari hubungan yang baru dengan neuron lainnya. Jika ide yang muncul dari hubungan antar-neuron tidak dikehendaki maka hubungan itu akan diputus kemudian neuron-neuron tersebut akan mencari hubungan lainnya sampai menemukan pola hubungan yang cocok. Pola yang cocok itulah yang disebut fenomena "eureka!" "saya tahu!"

Dengan memahami mekanisme itu saja, jawaban mengapa ide terkadang cepat datang dan terkadang lambat datang bisa dimengerti. Terkadang pola hubungan yang terjadi langsung cocok dalam waktu singkat maka ide seakan datang cepat, dan terkadang pola hubungan yang terjadi sengaja diputus untuk mencari pola yang lebih tepat maka ide seakan datang lambat.

Mitos 2: Kreatifitas paling banyak terpicu pada waktu-waktu sempit (adanya deadline).
Ini kurang tepat. Waktu yang sempit hanya membuat orang menerima apa saja yang terjadi otak. Ibaratnya ya seorang bujangan yang usianya sudah mulai lapuk katakanlah 45 tahun, nah, deadlinenya kan kira-kira tidak lama lagi (hehehe...) maka jika ia mencari pasangan hidupnya ia akan menurunkan keketatan kriteria idealnya, kan? :p

Nah begitu juga pada saat dihadapkan dengan waktu yang sempit, orang akan menerima apa adanya ide dari otaknya walaupun ide tersebut bukan yang terbaik.

Mitos 3: Kreatifitas paling banyak terpicu dalam suasana kompetitif.
Ini berkebalikannya dengan kenyataannya: kreatifitas malah paling banyak muncul pada suasana kolaboratif (kerja sama). Kompetisi memang bisa memaksa menimbulkan kreatifitas, namun ide yang dihasilkan oleh suasana kompetitif tidak akan menyamai kuantitas dan kualitas ide yang dihasilkan oleh suasana kolaboratif.

Bagaimana pendapat Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think?? Share it here :)