Sabtu, 23 Februari 2013

Berlatih Jangan Asal Berlatih

Kita tentunya sudah tidak asing dengan ungkapan "Practice Makes Perfect" atau "Berlatih membuat (kemampuan) menjadi sempurna".

Secara neurologis (ilmu yang mempelajari tentang otak), berlatih membuka sebuah jalur neuron (neural pathways) baru di otak, dan semakin banyak berlatih, maka jalur tersebut akan semakin kuat dan besar. Ibaratnya jika sebuah jalur tercipta di sebuah padang rumput akibat terinjak-injak oleh kaki manusia atau hewan yang lewat, lalu jalur kecil itu digunakan berulang-ulang, maka jalur itu akan semakin tampak dan besar dan lambat laun dapat menjadi sebuah jalan raya.

Artinya, jalur neuron apapun yang terbentuk akan menjadi kuat dengan semakin seringnya berlatih.
Jalur neuron dalam otak kita ibarat jalur kecil di padang rumput. Semakin sering dilalui semakin ia tampak dan membesar.
Begitu juga semakin sering berlatih, semakin kuat jalur neuron yang tercipta.
(Sumber gambar: www.visualphotos.com)

Masalahnya adalah tidak semua latihan dapat mengarah pada hasil yang positif.
Jika konten atau cara latihan awal sudah keliru tanpa adanya introspeksi terhadap konten atau cara tersebut, maka latihan-latihan selanjutnya akan semakin memperkuat kekeliruan awal bahkan bisa sampai pada taraf sangat sulit diperbaiki.

Contohnya, seseorang belajar bermain tenis. Pada latihan pertama ia memiliki cara-cara yang keliru dalam bermain, tapi tidak ada yang memperbaikinya atau ia sendiri tidak punya keinginan untuk mengetahui apakah ada yang keliru dari caranya atau tidak. Semakin ia berlatih maka ia melatih dan memperkuat kekeliruannya tersebut. Sampai suatu saat ia belajar pada seorang pelatih tenis profesional yang memberitahu kekeliruan-kekeliruannya. Namun latihan-latihannya yang terdahulu telah membuat kekeliruannya sangat sulit diperbaiki, dan ia terus menerus berbuat kekeliruan. Itulah dampak keliru dalam berlatih.

Maka seyogya-nya dalam berlatih, jangan asal berlatih. Jika Anda ingin berlatih yang menghasilkan kesempurnaan yang positif, maka berlatih lah dengan konten dan cara yang benar. Keliru sesekali tidak masalah, asalkan ketika kekeliruan terjadi maka langsung diperbaiki.

Berlatih memang menjadikan kemampuan menjadi sempurna.Melatih yang benar dengan penuh kesungguhan akan menjadikan kemampuan menjadi sempurna benarnya.Melatih yang keliru dengan penuh kesungguhan akan menjadikan kemampuan menjadi sempurna kekeliruannya.Maka hati-hati lah dalam berlatih. 
Selengkapnya...

Jumat, 01 Februari 2013

Belajar Bahasa dengan Proses Alamiah (Peran Keyword Bahasa)

Apa sih yang lebih sulit dipelajari daripada bahasa? Saya rasa tidak ada yang lebih sulit daripada mempelajari suatu bahasa.

Matematika? Biologi? Statistika? Fisika? Kimia? Lewaaat, semua ilmu alam dapat "ditaklukkan" dengan imajinasi dan kalkulasi. Ilmu sosial? Akuntansi? Ekonomi? Hukum? Ah, ilmu praktis seperti itu lebih familiar sehingga dapat dipelajari dengan mudah. Ilmu-ilmu tersebut dapat Anda pelajari dalam hitungan bulan kalau bukan hitungan minggu. Namun bahasa?

Mempelajari bahasa adalah hal yang sangat sulit. Kecuali pada segelintir orang yang entah karena bakat atau cacat yang membuat mereka dapat mempelajari bahasa dalam waktu super singkat (saya berasumsi Anda tidak merasa merupakan salah satu dari segelintir itu). Terbukti pada umumnya anak kecil, butuh kira-kira dua tahun silent period (masa diam) baginya sebelum ia mengucapkan kata pertamanya, dan butuh kira-kira lima tahun lagi baru ia bisa menguasai seluruh aspek bahasa ibunya. Nah bagaimana pula pelajar bahasa yang lebih dewasa? Banyak yang butuh bertahun-tahun untuk mempelajari bahasa baru. Itu pun banyak yang gagal mencapai kemahiran minimum.

Kali ini saya berbicara dalam konteks belajar bahasa baru (asing). Selama berabad-abad beragam metode pembelajaran bahasa diciptakan untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa. Dari pengajaran dengan bentuk penyampaian biasa, dengan bentuk drilling kasar, dengan pengulangan, dengan pemberian otonomi, sampai dengan petunjuk interaktif. Beberapa lebih ampuh daripada yang lain. Apa yang membuat sebuah metode lebih ampuh daripada yang lain? Setelah observasi atas beragam metode, saya menyimpulkan bahwa metode yang lebih memfasilitasi proses alamiah pembelajaran lebih ampuh daripada yang kurang memfasilitasinya.
Pendeknya, metode yang alamiah lah yang lebih ampuh.

Banyak pengajar dan pelajar yang belum menyadari ini atau tidak mau tahu akan hal ini. Kebanyakan kita belajar bahasa dengan menggunakan rumus-rumus. Seperti belajar ilmu sains. Pendekatan seperti itu memang bermanfaat untuk mempelajari ilmu sains, namun sangat tidak efisien dan sangat tidak efektif untuk mempelajari bahasa. Rumus tidak akan banyak membantu Anda dalam usaha Anda belajar bahasa, simply karena otak kita, manusia, tidak memproduksi bahasa berdasarkan rumus.

Saya jelaskan. Kita tahu bahwa otak kita itu seperti jaring. Baik isinya maupun cara kerjanya. Anggap lah satu paket memori tentang sesuatu disimpan dalam satu node yang terhubung dengan node-node lainnya. Seperti ini:


Ketika kita menghafal rumus, entah itu rumus matematika, fisika, maupun rumus struktur bahasa yang sering diajarkan di sekolah-sekolah itu, memori tentang rumus itu akan disimpan ke dalam satu node (hanya satu node).
Satu rumus masuk ke dalam satu node (warna oranye).
Kalau rumus tersebut kita perlukan, maka kita tinggal me-recall satu node tadi, kemudian tiba-tiba kita dapat menuliskannya kembali. Aha!

Namun bahasa punya proses yang berbeda. Anggap lah dalam satu node tersimpan satu kata atau satu frase. Ketika kita ingin mengucapkan sesuatu, node-node berisi memori tersebut akan saling dikaitkan dengan hubungan yang tepat, juga dikoordinasi agar mulut (yang hanya mampu mengucapkan kata secara berurutan) mampu mengucapkannya dengan tepat. Seperti ini:
Satu node berwarna oranye melambangkan satu kata atau satu frase.
Node berwarna hijau mengkoordinasi gerakan mulut.
Jadi jelas lah bahwa "rumus tata bahasa" tidak dapat banyak membantu akuisisi bahasa.

Nah, ini lah perbedaannya: rumus itu ibarat sebuah sendok yang disimpan di dalam suatu laci di bengkel, adapun bahasa ibarat suatu mesin yang spare partnya tersebar di segala penjuru ruang bengkel dan harus dirakit dengan cepat sebelum dikeluarkan. Sendok bukan lah spare part. Kita sering terjebak memikirkan bahwa rumus adalah kerangka dan dengan otomatis dapat merubah pola fisik otak kita, namun sesungguhnya rumus hanyalah satu titik memori yang dikeluarkan bukan untuk merakit "mesin", melainkan untuk memfungsikan sesuatu di luar otak kita (luar otak yang saya maksud beda dengan istilah "di luar kepala"). Adapun bahasa adalah suatu konsolidasi rangkaian memori yang diambil dan disusun di dalam otak kita sebelum dikeluarkan. Begitu peng-ibaratannya.


OTAK SADAR DAN OTAK BAWAH SADAR

Satu hal juga yang patut Anda ketahui: proses berbahasa tidak lah dilakukan semata-mata oleh otak sadar, melainkan melibatkan juga otak bawah sadar yang autopilot. Pada saat Anda berniat mengatakan sesuatu, maka bayangan tentang hal yang ingin Anda sampaikan mungkin Anda pilih dengan otak sadar Anda. Namun yang men-struktur pikiran tersebut sehingga dapat menjadi kata-kata yang Anda ucapkan atau tuliskan adalah otak bawah sadar Anda.

Karena itu lah, tidak salah orang-orang yang berkata bahwa bahasa adalah produk intelegensi (otak sadar) juga tidak salah orang-orang yang berkata bahwa bahasa adalah kemampuan fisik (membutuhkan koordinasi otak bawah sadar yang terlatih).

Kita dapat mengontrol isi dari bahasa yang kita tuturkan dengan otak sadar kita. Tapi cara kita menuturkan bahasa sangat tergantung pada seberapa terlatihnya otak bawah sadar kita.



KEYWORDS
Lalu bagaimana metode belajar bahasa yang alamiah? Bagaimana mungkin belajar bahasa tanpa rumus?

Memang Anda butuh rumus untuk mengetahui bagaimana suatu bahasa bekerja. Namun mengetahui saja tidak berarti Anda langsung meng-akuisisinya (Anda meng-akuisisi bahasa artinya Anda dapat memahami dan menggunakannya dengan cukup lancar). Anda tidak perlu menghafal banyak rumus. Yang Anda perlu ketahui hanya satu rumus saja yaitu rumus pengurutan lazim argumen bahasa misalnya SPOK, PSOK, SKOP, dll. Rumus ini berguna untuk mendeskripsikan peng-urutan suatu bahasa secara umum. Rumus pengurutan ini perlu Anda ketahui untuk meng-antisipasi perbedaan pengurutan kalimat pada bahasa yang sedang Anda pelajari dengan bahasa lokal Anda. Adapun rumus selain itu misalnya rumus-rumus Tense yang diagung-agungkan banyak pengajar dan pelajar hanya akan membuat otak Anda macet.

Cara yang paling alamiah dalam mempelajari bahasa adalah dengan melatih membangun frase berdasarkan keywords. Keywords satu bahasa adalah kata-kata yang bersifat fungsional (misalnya kata hubung, kata depan, kata tunjuk, kata ganti, dsb.) yang memiliki frekuensi penggunaan yang sangat tinggi. Membangun frase berdasarkan keyword artinya pelajar menyusun beragam ekspresi bahasa yang memiliki fungsi-fungsi tertentu yang diberikan oleh keyword.

Keunggulan cara ini yaitu:
Pertama, pelajar tidak akan membebani otak sadar dengan rumus-rumus yang kurang signifikan dan cenderung malah membuat macet otak dalam memproduksi bahasa.
Kedua, latihan membentuk frase jauh lebih mudah dan jauh lebih realistis hasilnya daripada langsung berusaha membentuk kalimat berdasarkan rumus.
Ketiga, otak bawah sadar sangat mudah mengenali pola bagaimana satu hal (dalam hal ini keyword) terasosiasi dengan hal lainnya (yaitu kosa kata yang bukan keyword), karena itu cara ini sangat mudah melatih otak bawah sadar pelajar dalam menyusun bahasa.

Pelatihan membangun frase berdasarkan keywords harus dilakukan satu per satu keyword. Setiap satu keyword harus sudah dapat dimengerti dengan baik oleh pelajar baru lah pelajar bisa melanjutkan ke keyword berikutnya.


MENERAPKAN EFEK SPASI PADA PELATIHAN KEYWORDS
Melatih keyword satu per satu berpotensi membosankan pelajar juga sangat berpotensi membuat banyak keyword awal dan pertengahan terlupakan oleh pelajar. Untuk mengatasi hal ini, Anda dapat menerapkan teknik Pengulangan ber-Spasi, yaitu dengan mengatur jadwal pembelajaran sehingga satu keyword dipelajari lagi dalam satu hari berikutnya, seminggu berikutnya, sebulan berikutnya, satu semester berikutnya, dst.

Contoh penjadwalan Pengulangan ber-Spasi

Teknik Pengulangan ber-Spasi menjamin pembelajaran sebelumnya tidak cepat terlupakan (karena diulang) serta tidak menimbulkan kebosanan akibat pengulangan (dengan tidak terlalu men-seringkan pembelajaran).


KENDALA DALAM MEMPRAKTEKKAN CARA INI
Kendala yang paling sulit adalah menentukan apa saja keywords suatu bahasa yang harus dilatih. Setiap bahasa memiliki keunikan sendiri-sendiri sehingga memiliki himpunan keywords yang berbeda dengan himpunan keywords bahasa lainnya. Untuk mengatasi kendala ini, Anda dapat melakukan Googling dengan kata kunci seperti "Kata yang paling sering dalam bahasa ....", "Top words of .... language", "Most frequent words of .... language" dsb. Kemudian setelah Anda menemukan kata-kata yang paling sering digunakan dalam bahasa tersebut, Anda tinggal meng-eliminasi Kata Benda, Kata Kerja, dan Kata Sifat yang masuk ke dalam daftar tersebut. Dan voila! yang tersisa adalah kata-kata fungsional dan sangat sering digunakan: itu lah keywords bahasa tersebut.



KESIMPULAN
Cara belajar bahasa yang efektif adalah cara belajar yang memfasilitasi proses belajar otak secara alamiah. Cara yang paling alamiah dalam belajar bahasa adalah cara melatih membangun frase berdasarkan keywords. Cara ini menghindarkan pelajar dari rumus-rumus yang tidak perlu dan hanya membuat macet otak. Cara ini juga menjamin otak bawah sadar (yang berperan sebagai penyusun tuturan) menjadi terlatih dengan hasil yang realistis.

Untuk mengatasi kebosanan belajar atau terlupa pelajaran sebelumnya, pelajar dapat menjadwalkan pembelajaran keywords dengan teknik Pengulangan ber-Spasi. Sangat sulit menentukan apa saja keywords suatu bahasa, namun hal itu bisa diatasi dengan memilih kata-kata fungsional dari daftar kata-kata yang tersering muncul dalam bahasa tersebut.
Selengkapnya...