Sebuah teorem dalam chaos theory menyatakan bahwa:
"satu kepakan sayap seekor kupu-kupu di Indonesia, dapat menyebabkan badai besar di Cina."
Bermakna: bahkan sebuah hal sepele, dapat berkonsekuensi besar.
Saya contohkan, bayangkan kita berada di suatu tempat lapang yang hanya berbataskan horizon. Kita sedang berada di tempat duduk di belakang kemudi setir mobil. Mobil kita tepat searah dan berada di atas sebuah garis lurus berwarna putih yang sangat panjang membentang hingga ke horizon. Jika kita berkendara dengan meluruskan setir, kita seharusnya akan tetap berada di atas garis putih tersebut.
Namun coba gerakkan setirnya ke kiri, sedikit saja, 1 derajat saja, atau 0,5 derajat saja, atau bahkan 0,01 derajat saja, kemudian langsung luruskan setirnya lagi. Beberapa saat kita akan tetap berada di atas garis putih. Namun seiring waktu kita pasti menyadari bahwa kita semakin waktu semakin jauh ke kiri, jauh dari garis putih patokan tadi, bahkan sangat jauh sampai kita sulit melihat garis putih tadi walaupun sejak pemutaran kecil tadi kita tetap meluruskan setir.
Jika seandainya setelah agak melenceng ke kiri dibiarkan saja tanpa ada balasan putar setir ke kanan, maka ia akan semakin jauh melenceng. Lurusnya setir setelah sedikit putaran setir ke kiri adalah lambang zona nyaman. Ia akan semakin melenceng jauh karena merasa nyaman untuk tidak memutar setir lagi. Seandainya ia tidak mendobrak zona nyamannya dengan cara memutar haluannya ke kanan mencari lagi garis putih yang lurus maka selamanya ia akan terkungkung dalam kemelencengannya.
Teorem Butterfly effect dapat menjelaskan, kenapa manusia sulit menghentikan kebiasaan yang telah dimulainya. Atau kenapa tradisi sangat sukar diubah sejak ia dimulai.
Sekalipun kebiasaan tersebut adalah kebiasaan yang "melenceng".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What do you think?? Share it here :)