Dalam post ini saya membuat alat bantu sederhana untuk visualisasi struktur bahasa Arab Klasik. Kenapa struktur bahasa di-visualisasi? Yah, untuk memudahkan Anda yang mungkin tidak begitu senang jika harus meng-analisa struktur dari suatu kalimat yang ditulis secara linear. Toh, konon bahasa dibentuk di dalam otak tidak dalam bentuk linear melainkan seperti struktur bangunan, hanya karena keterbatasan lidah manusia lah sehingga kata-kata keluar secara linear/berurutan. Jadi, visualisasi ini dibuat mendekati cara otak membentuk bahasa, namun Anda tetap harus menyebutkan kata-kata secara berurutan.
Hayya...
___________________________________________________________
PREQUISITE
Sebelum menggunakan alat bantu ini, saya asumsikan Anda telah mengerti pola-pola bentuk kata bahasa Arab. Saya berikan checklist untuk Anda, jika Anda tidak mengetahui ilmu dari salah satu poin checklist di bawah ini, kemungkinan besar Anda akan kesulitan memahami model alat bantu ini. Inilah checklist-nya:
- Bentuk-bentuk Ism Tunggal, Ganda, & Jamak
- Bentuk-bentuk Ism Maskulin & Feminin
- Bentuk-bentuk Fixl Maadhiy & Fixl Mudhori' baik Aktif maupun Pasif.
- Huruwf l-Jarr & beberapa Harf lainnya
- Bentuk-bentuk Ism berstatus Rofa', Nashob, & Jarr.
- Bentuk-bentuk Fixl Mudhori' berstatus Rofa', Nashob, & Jazm.
- Apa itu Mubtada' & Khobar
- Apa itu Jumlah Ismiyyah (Klausa Nominal), Jumlah Fixliyyah (Klausa Verbal), & Syibhul Jumlah (Konstruksi).
Sekalipun ada di antara poin-poin tersebut yang belum Anda ketahui, Anda boleh melanjutkan membaca habis post ini.
___________________________________________________________
DEKLENSI
Dalam dunia linguistik, istilah perubahan status baik pada Ism maupun pada Fixl Mudhori', dinamakan Deklensi. Patut diperhatikan Deklensi secara harafiah artinya "jatuh". Maksudnya adalah bahwa status suatu kata diibaratkan seperti tingkat-tingkat ketinggian.
Status standar suatu kata adalah Nominatif (dalam bahasa Arab namanya Rofa'). Jika Anda melihat di kamus, maka semua kata disitu biasanya dalam status Nominatif. Dengan mengubah statusnya artinya Anda "menjatuhkan" status kata tersebut dari status Nominatif ke status lain. Itulah inti dari Deklensi.
Dalam bahasa Arab, ada tiga status untuk Ism, yaitu: Rofa' (tinggi), Nashob (menengah), dan Jarr (rendah). Dan ada tiga status untuk Fixl, yaitu: Rofa' (tinggi), Nashob (menengah) & Jazm (mati). Dalam kamus, semua Ism dan Fixl ditulis dalam status Rofa'. Adapun Harf tidak memiliki status akan tetapi Harf dapat mempengaruhi status Ism dan status Fixl. Anda akan melihatnya nanti.
Jadi, saya menggambarkan tiga lapis status seperti ini:
___________________________________________________________
VISUALISASI STRUKTUR BAHASA ARAB
Mulai dari Jumlah Ismiyyah.
Cara untuk menstruktur kalimat berikut: اللهُ اَكْبَرُ (Allaahu akbaru) adalah:
اللهُ اَكْبَرُ
|
Berikutnya saya jelaskan sedikit mengenai frase kepemilikan. Kita mulai dengan kata: نَبِيُّ للهِ (nabiyyullahi(nabi-Nya Allah). Dalam frase ini, Kata kedua yaitu للهِ merupakan nama pemilik dari Kata Pertama yaitu نَبِيُّ , maka Kata Kedua harus dalam status Jarr. Adapun Kata pertama biarkan dalam status Rofa' dulu. Maka strukturnya seperti ini:
نَبِيُّ...
|
...للّٰهِ
|
Sekarang kita tambahkan satu Harf Munada (seruan) sehingga menjadi: يَانَبِيَّ للهِ (yaa Nabiyyallahi)
Asal Anda tahu, Harf Munada membuat Ism tujuannya menjadi Nashob. Oleh karena itu kata "Nabiyyu", yang berstatus Rofa', "jatuh" menjadi "Nabiyya", yang berstatus Nashob. Namun, kata "Allaahi" sebagai pemilik, tidak berubah status. Ini karena nama pemilik memang harus berstatus Jarr. Strukturnya seperti ini:
يَا نَبِيُّ...
|
...للّٰهِ
|
Nah, kali ini kita akan mencoba sebuah nama: عَلِيُّ ابْنُ اَبِي طَلِيْبِ ('Aliyyu ibn Abiy Tholiybi = Ali putranya Abu Tholib). Kita asumsikan 'Aliy berstatus Rofa' maka kita tetap menuliskannya sebagai "'Aliyyu". Adapun "ibnu Abiy Tholiybi" adalah Khobar untuk "'Aliyyu". Untuk khobar ini, kata "ibn" tetap Rofa' oleh karena itu kita menulisnya "ibnu", sedangkan Abu Tholib sebagai "pemilik"(ayah) Ali harus berstatus Jarr. Oleh karena itu, semua namanya di Jarr-kan menjadi "Abiy Tholiybi". Strukturnya seperti ini:
عَلِيُّ ابْنُ...
|
... اَبِي طَلِيْبِ
|
Selanjutnya, Harf "Inna", membuat Mubtada' "jatuh" ke status Nashob. Tapi tidak mempengaruhi Khobar. Contohnya pada kalimat: اِنَّ اللّٰهَ قَدِيْرٌ Kata "Allah" sebagai Mubtada' didahului oleh kata "inna" sehingga kata Allah ditulis dalam status Nashob menjadi "Allaaha". Adapun kata "qodiyr" tetap dalam status Rofa'. Strukturnya seperti ini:
قَدِيْرٌ
|
اِنَّ اللّٰهَ
|
قَدِيْرٌ
|
اِنَّ اللّٰهَ
|
بِاكُلِّ شَيْاٍ
|
Sekarang bagaimana dengan Jumlah Fixliyyah?
Patut diketahui bahwa Fixl yang mengalami Deklensi hanyalah Fixl Mudhori' (Verb Imperfect) adapun Fixl yang satunya lagi yaitu Fixl Maadhiy (Verb Perfect) tidak mengalami Deklensi, sehingga senantiasa berstatus Rofa'.
Mari kita mulai dengan kalimat sederhana: جَاءَ مَريَمُ (Ja'a Maryamu(Maryam telah datang)). Kita dapat menempatkan kedua kata tersebut dalam status Rofa' dengan "ja'a" sebagai Mubtada' & Maryam sebagai Khobar. Pada saat kedua kata tersebut se-level itu artinya Maryam lah yang melakukan "datang".
جَاءَ مَريَمُ
|
Selanjutnya yang memiliki Objek Langsung: ضَرَبَ عُمَرٌ كَلْبً (dhoroba 'Umarun kalban(Umar telah memukul seekor anjing)). Pada kalimat tersebut, kata "'Umarun" merupakan pelaku "memukul" dan "kalban" yang berada pada status Nashob "tertimpa" perlakuan dari "dhoroba 'Umarun...". Yang di atas menimpa yang di bawah. See? Logis kan?
ضَرَبَ عُمَرٌ
|
كَلْبً
|
Objek tidak melulu harus Nashob, jika suatu Objek berupa Frase Preposisional (yaitu disusun dari Kata Depan(Harf Jarr)+Ism), maka Objek tersebut berada pada status Jarr. Seperti pada kalimat: مَرَرْتُ بِا زَيْدٍ (marortu bi Zaydin (ku berpapasan dengan Zaid)). Sekali lagi yang di atas menimpa yang di bawah:
مَرَرْتُ
|
بِا زَيْدٍ
|
Jika Anda menggunakan Kata Keterangan (Zhorf), maka Zhorf tersebut selalu dalam status Nashob. Seperti pada kalimat: اَذْهَبُ إلَى مَكَّةٍ غَداً (adzhabu ilaa Makkatin ghoda(n)(saya (akan) pergi ke Mekkah besok)).
اَذْهَبُ
|
غَداً
|
إلَى مَكَّةٍ
|
O ya, penjelasan barusan menjelaskan kenapa kalimat yang didahului "kaana" dan sejenisnya memiliki efek berkebalikan dengan kalimat yang didahului "inna". Contohnya pada kalimat: َكَانَ اللّٰهُ غَفُوْراً (kaana llahu ghofuwroo(adalah Allah Maha Pengampun). Kata "kaana" adalah Fixl sehingga ia secara default berstatus Rofa' begitu juga dengan Ism pelaku "kaana" berstatus Rofa'. Kata "ghofuro" adalah semacam Zhorf, sehingga ia berada pada status Nashob:
كَانَ اللّٰهُ
|
غَفُوْراً
|
Untuk Fixl Mudhori', ada beberapa Harf yang membuatnya "jatuh" dari status Rofa' ke status Nashob atau ke status Jazm. Dalam kalimat di bawah ini saya memilih "lan" untuk mewakili kelompok Huruwf yang membuat Fixl Mudhori' menjadi Nashob ('amil Nashob) , dan "laa" untuk mewakili kelompok Huruwf yang membuat Fixl Mudhori' menjadi Jazm ('amil Jazm).
Pada kalimat pendek di bawah ini, Fixl Mudhori' yang tertulis di kamus adalah "yabrohu". Tapi ketika digunakan dalam kalimat dengan diawali Harf "lan", maka Fixl tersebut "jatuh" ke status Nashob.
لَنْ يَبْرَحَ
|
"Lan yabroha" (dia tidak akan berhenti)
Pada kalimat pendek di bawah ini, saya menggunakan "laa" untuk membentuk kalimat larangan untuk orang kedua. Kata "tadzhabu" "jatuh" ke status Jazm karena adanya Harf "laa" sehingga menjadi "tadzhab".
لَا تَذْهَبْ
|
"Laa tadzhab" (jangan pergi!)
___________________________________________________________
KESIMPULAN
Apa yang saya telah berikan di atas hanya sebatas pengenalan saja. Lihat pada kalimat-kalimat di atas kebanyakan saya hanya membuat contoh dengan menggunakan apa yang diistilahkan oleh para linguist sebagai Kalimat Indikatif (kecuali pada dua contoh terakhir saya menggunakan kalimat Subjungtif & kalimat Imperatif). Padahal ada beberapa Mood kalimat bahasa Arab misalnya Interogatif (Pertanyaan), Imperatif (meminta/melarang), Subjungtif, Jussif, dlsb. Belum juga saya menambahkan struktur Kalimat Majemuk. Wah, Anda masih punya ruang yang banyak untuk belajar.
Untuk kesederhanaan, saya hanya membahas struktur secara sekilas. Memang rasanya belum lengkap kalau tidak dibahas sampai tuntas, namun saya rasa apa yang sudah saya berikan di atas sudah mencakup hal yang paling prinsipil tentang struktur bahasa Arab (saya tidak mengatakan "semua", tapi "paling"). Dengan beberapa pembahasan di atas, kita sudah bisa menarik kesimpulan, dan dengan kesimpulan ini lah Anda bisa menerapkan alat bantu ini untuk studi bahasa Arab Anda lebih lanjut. Bukankah enak mendapatkan alat bantu yang memudahkan? ;)
Nah, kita akan segera sampai ke inti pemahaman post ini, namun sebelumnya coba lihat satu kalimat ini: لَا تَئْكُلْ اِلسَّمَكَ وَ تَشْرَب الْلَبَنَ (laa ta'kul is-samaki wa tasyrob(?) l-labana). Saya tidak memberikan penanda status untuk kata "tasyrob(?)". Namun kita akan mencoba menempatkannya pada berbagai status:
Jika Rofa' maka dibaca "Tasyrobu". Strukturnya seperti ini dan maknanya seperti di bawahnya:
وَ تَشْرَبُ
|
اِلسَّمَكَ الْلَبَنَ
|
لَا تَئْكُلْ
|
"Jangan memakan ikan dan (adapun) kamu (boleh) minum susu."
Jika Nashob maka dibaca "Tasyroba". Strukurnya seperti ini dan maknanya seperti di bawahnya:
اِلسَّمَكَ وَ تَشْرَبَ الْلَبَنَ
|
لَا تَئْكُلْ
|
"Jangan memakan ikan ketika kamu minum susu."
Jika Jazm maka dibaca "Tasyrob". Strukturnya seperti ini dan maknanya seperti di bawahnya:
اِلسَّمَكَ الْلَبَنَ
|
لَا تَئْكُلْ
وَ تَشْرَبْ
|
Oke, saatnya pada kesimpulan. Apakah Anda sudah bisa menyimpulkan sendiri? Bagus sekali jika Anda sudah bisa menyimpulkan sendiri. Jika belum, saya akan membantu Anda.
"Status kata dalam kalimat menentukan fungsi kata tersebut dan pada akhirnya menentukan makna seperti apa yang tersampaikan."Semoga bermanfaat & selamat belajar! ;)
"Kata dengan status Rofa' berfungsi Nominatif (Subjek/Fokus), kata dengan status Nashob berfungsi Akusatif (Objek/Keterangan), Ism dengan status Jarr berfungsi Genitif (Tujuan/Referensi), Fixl Mudhori' dengan status Jazm berfungsi Jussif atau Imperatif (Obligasi atau Urgensi)."
"Penandaan status yang tidak tepat dapat menyebabkan makna yang disampaikan tidak sesuai dengan yang diinginkan."