Banyak hal sih, katakanlah subjektivitas masing-masing pihak, ke-keras-kepala-an, temperamen yang buruk, terpaku pada pola pikir kalah-menang, kurang terdidik, masalah kepentingan, masalah harga diri, sikap tidak mau kalah, dan bla bla bla... Banyak faktor yang menyebabkan negosiasi berjalan buruk. Namun ada satu hal yang saya rasa yang paling sering menjadi penyebab buruknya proses negosiasi:
"Setiap pihak atau salah satu pihak merasa dipandang rendah oleh pihak lain."
Anda setuju?
Misalnya, pihak A dan pihak B bernegosiasi untuk suatu hal. Setelah beberapa saat salah seorang dari pihak A mulai menunjukkan kemarahannya. Orang ini menganggap pihak B tidak menghargai pendapatnya (bahkan merasa dipandang rendah oleh pihak sebelah). Padahal belum tentu pihak B beneran tidak menghargai pendapatnya (ehm,, secara lisan). Namun mungkin ada sikap atau bahasa tubuh yang sangat halus yang telah membuat orang tersebut berpikiran negatif.
INGAT LAH, SALAH SATU KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ADALAH MERASA EKSIS.
Ini adalah kebutuhan naluriah yang terpatri dalam otak primitif manusia. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka reaksi dari otak ini adalah marah dan kesal atau menjauh dari sumber yang membuat kebutuhannya tidak terpenuhi. (Cara kerja otak primitif ini contohnya bisa dilihat jika seseorang tidak menyukai seseorang lain: dia akan marah atau sebaliknya pergi menjauh)
Pada saat seseorang merasa tidak dihargai, maka ini sama saja dengan mengancam eksistensi dirinya. Reaksi marah pun muncul kemudian situasi pun berubah menjadi keruh.
Perasaan tidak dihargai ini sangat subjektif. Penyebab timbulnya berbeda-beda setiap orang. Ada orang yang begitu pendapatnya dikritik sedikit langsung merasa tidak dihargai, ada orang yang jika perbuatannya dikritik merasa tidak dihargai, ada orang yang hanya karena pendengarnya menguap sedikit pada saat ia sedang berbicara langsung merasa tidak dihargai, ada yang hanya ketika pribadinya diserang baru merasa tidak dihargai, dsb.
SUKU CHEROKEE DAN TONGKAT BICARA
Suku Cherokee adalah salah satu suku Natif Amerika (sebutlah Indian). Mereka terkenal menggunakan Tongkat Bicara pada saat momen-momen seperti rapat suku, negosiasi, pada saat mengajar, pemimpin memberikan instruksi, dll.
Setiap orang memiliki Tongkat Bicara akan tetapi penggunaannya sungguh tidak sembarangan. Pada saat seseorang menggunakannya artinya dia WAJIB mengatakan kebenaran karena seluruh alam semesta menyaksikan kata-katanya, dan sebagai HAK-nya ia harus mendapatkan perhatian penuh dari pendengar-pendengarnya.
Ketika seseorang mengacungkan Tongkat Bicara-nya ke depan maka ia harus mengatakan kebenaran dan kata-katanya tidak boleh dipotong oleh orang lain.
Penggunaan Tongkat Bicara ini menjamin negosiasi berjalan lancar:
"Setiap orang yang berbicara merasa dimengerti dan setiap orang yang mendengarkan bisa memahami lebih jelas apa yang sesungguhnya diinginkan pihak yang berbicara. Dengan proses komunikasi yang lancar, sinergi lebih mudah dicapai."
Briliant isn't it? :)
Saya rasa setiap orang Indonesia butuh sebuah hal yang seperti Tongkat Bicara ini.
Setuju nggak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What do you think?? Share it here :)